Bagi orang lain grafik mungkin sekadar angka, tapi bagi kami angka tersebut berarti satu nyawa yang harus diselamatkan.
BOVEN DIGOEL – Tunas Sawa Erma (TSE) Group melalui berbagai program kesehatan dan keberadaan klinik di unit-unit usahanya turut ambil bagian dalam upaya menurunkan angka kematian sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan ibu dan bayi terutama yang ada di sekitar area operasional perusahaan di Papua.
Seperti pada Jumat (5/5/2023) lalu, TSE-B menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat Kampung Ujung Kia, Distrik jair. Dalam kegiatan tersebut, dr. Inggrith dari klinik TSE-B menyampaikan risiko kehamilan pada wanita di usia remaja yang dapat berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan perdarahan saat persalinan, yang dapat membahayakan ibu dan bayi.
Penyuluhan ini penting dilakukan karena berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Papua adalah provinsi dengan angka kematian bayi tertinggi di Indonesia dengan 38,17 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2022.
Diperlukan upaya yang dilakukan secara sistematis, peningkatan kualitas kesehatan dan kesadaran orang tua, serta peluasan fasilitas, tenaga medis dan akses layanan kesehatan ke seluruh wilayah untuk menekan angka ini.
Dalam penyuluhannya dr. Inggrith juga memperkenalkan program Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat. Program Keluarga Berencana merupakan program pemerintah dalam mengendalikan angka kelahiran untuk menciptakan keluarga yang berkualitas.
“Kegiatan ini juga diisi dengan penyampaian masalah kesehatan dari pihak klinik perusahaan, sehingga diharapkan masyarakat dapat mengambil maanfaat dari penyuluhan kesehatan yang disampaikan,” ujar Rudy P. Pakpahan selaku Manager Humas PT Tunas Sawa Erma B.
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir merupakan salah satu fokus prioritas Klinik Asiki. Oleh karena itu selain edukasi masyarakat TSE Group juga menyediakan fasilitas kesehatan gratis yang bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dengan membangun fasilitas kesehatan “Klinik Asiki” yang memiliki pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Sejak tahun 2015, ibu yang bersalin dengan dibantu bidan Klinik Asiki cenderung mengalami peningkatan, meski jumlahnya sempat turun akibat pandemi COVID-19 yang menghantam pada awal 2020 lalu. Jumlah ibu yang memeriksakan kehamilannya juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, dengan jumlah tertinggi pada tahun 2017, sebanyak 137 orang.
“Jumlah pemeriksaan ibu hamil yang fluktuatif dikarenakan pandemi COVID-19 yang menerjang di tahun 2020. Pandemi membuat banyak orang takut untuk keluar rumah dan mendatangi fasilitas-fasilitas kesehatan,” ujar Manager Klinik Asiki, dr. Firman Jayawijaya.
Namun upaya TSE Group untuk menekan kematian bayi baru lahir lewat penyuluhan, pemeriksaan kehamilan dan penanganan persalinan yang tepat nampaknya telah menemukan sedikit jalan terang. Terbukti dari jumlah kematian bayi baru lahir di Klinik Asiki yang mampu ditekan hingga satu kematian pada 2021, dan bahkan nol saat di periode tahun 2019 dari lima kematian bayi di tahun 2015.
Pencapaian ini tentunya sangat diapresiasi oleh perusahaan, tapi TSE Group tetap pada upaya untuk mengulangi nol kasus kematian bayi baru lahir di Klinik Asiki di tahun-tahun berikutnya. Salah satu caranya dengan mengerahkan Mobile Service ke kampung-kampung daerah terpencil, terdepan dan terluar dalam rangka pengobatan, edukasi dan promosi, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan imunisasi, pemberian bahan makanan tambahan (BMT) untuk ibu hamil, bayi dan balita. (PR)